Cinta dan Pengorbanan

Renungan hari Rabu, 06 November 2024

Halo sobat muda….

     Kalau kita membaca Injil pada hari ini, kita tentu merasa heran dengan perkataan Tuhan Yesus yang keras: “Jika seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudarinya bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Mungkin kita bertanya-tanya: bukankah dalam pengajaran-Nya, Yesus pernah menyerukan bahwa mengasihi sesama adalah salah satu hukum yang paling terbesar? Mengapa Yesus meminta untuk membenci sesamaku, bahkan orang-orang yang paling kita sayangi?

     Sekarang, marilah kita melihat secara lebih mendalam apa maksud perkataan Yesus yang keras ini. Menjadi pengikut Kristus bukanlah hal yang biasa-biasa saja, butuh yang namanya perngorbanan. Pengorbanan? Apakah harus berdarah-darah seperti para martir? Tentu tidak. Menumpahkan darah seperti para martir adalah salah satu dari sekian banyak cara untuk menunjukkan kemuridan kita kepada Yesus.

Yesus mengajarkan kepada kita untuk mencintai tidak hanya di permukaan saja, atau tidak hanya pada level kelihatan saja, tetapi mencintai sampai kita benar-benar menemukan Yesus.

Mencintai orang tua, saudara dan saudari adalah hal yang wajib kita lakukan, tetapi Yesus menuntut lebih agar dalam mencintai kita sanggup melihat Yesus di dalam diri orang-orang yang kita cintai. Kita mungkin tidak melihat dan mendengar secara langsung Yesus secara fisik. Tetapi, kita ingat perkataan Yesus bahwa ia hadir di dalam diri orang-orang, termasuk orang-orang yang paling miskin dan lemah. Pengorbanan kita saat ini adalah agar kita mampu melihat kehadiran Yesus dan mencintai-Nya di dalam diri setiap orang, di dalam diri orang yang membenci kita, terutama dalam diri orang-orang yang paling miskin dan membutuhkan bantuan kita.

     Kepada anak-anak muda yang miskin dan terlantar, Don Bosco pernah berkata: “Bagi kalian saya belajar, bagi kalian saya bekerja, bagi kalian saya bahkan rela mengorbankan nyawa saya.” Don bosco berani berkata dan mewujudkan kata-katanya, karena ia sanggup, dengan bantuan Roh Kudus, melihat kehadiran Tuhan Yesus di dalam diri anak-anak muda yang miskin dan terlantar.

Cinta-Kasih yang tulus memampukan kita merendahakan diri sehancur-hancurnya karena menemukan Yesus, harta sejati, dalam diri sesama.    

By: Diakon Mikael, SDB

Please Share:

3 Comments

  1. Terimakasih renungannya Diakon,sangat menyentuh dan benar – benar jadi bahan refleksi buat kita semua.Tuhan sayang

  2. Trima kasih

  3. Setiap orang dapat saja berteori tentang cinta kasih dan pengorbanan, akan tetapi permasalahannya adalah.. ‘sudahkah ANDA mengalami sendiri bahkan mengenal apa itu cinta kasih serta pengorbanan ? Bagaimana wujud dan bentuknya, terutama yang diperuntukkan kepada Tuhan ? Bagaimana pula wajah keseharian dari cinta kasih yang diperuntukkan bagi sesama ? Atau jangan-jangan, ANDA sedang terjebak dalam halu teori-teori kosong yang juga terujar secara kosong tanpa landasan dalam bungkus penuh kemunafikan ???

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *